Sudah hampir lima tahun Iyang Mulyana menjadi ahli pijat pemain PERSIB. Meskipun tidak seperti yang dicita-citakan sejak kecil, dia menikmati pekerjaannya tersebut.
Bergabung bersama PERSIB musim 2013, warga Cibaduyut, Kota Bandung tersebut bukan sosok yang asing bagi Maung Bandung. Sempat menjadi pemain PERSIB junior, Iyang harus pasrah melepas cita-citanya setelah cedera lutut.
Dia pun kembali bergabung, namun sebagai masseur PERSIB junior tahun 2003. Selain mempunyai pengalaman, keinginan bergabung dengan PERSIB diakuinya karena urusan hati.
Selama bersama PERSIB baik junior atau senior, Iyang sudah beberapa kali ikut mengantarkan juara tim. Yang paling berkesan adalah juara ISL 2014. Perjuangan panjang tim impiannya setelah puasa gelar 19 tahun.
"Ini mungkin pengabdian saya buat tim yang saya banggakan. Selain itu, saya ingin masuk dalam sejarah juga, setelah sebelumnya meraih prestasi bersama PERSIB junior tahun 2006, PERSIB U-21 pada 2009/2010, dan kemarin bersama senior pada 2014," kata Iyang.
Pria kelahiran, Bandung, 9 September 1975 ini awal bergabung dengan Pangeran Biru adalah saat berkenalan dengan Pemilik SSB Palber, Haji Nendi. Iyang sempat bekerja untuk SSB itu sebelum, pada 2006, Nendi memperkenalkannya kepada, Sekretaris PERSIB junior kala itu.
"Kebetulan, Haji Nendi sering gabung ke PERSIB junior dan Haornas. Saya sering ikut. Lalu Haji Nendi tawarin saya kerja di PERSIB. Saya disuruh ke junior. Saya ditanya bisa massage (pijat), saya jawab Insya Allah, bisa. Padahal, saya belum bisa apa-apa, betulin engkel juga belum pernah," ucapnya.
Pengalaman pertamanya menangani pemain cedera pun dibantu oleh Entis Sutisna yang juga saat ini menjadi ahli terapi dan massage senior di PERSIB. "Saya belum kenal Pak Entis waktu itu tapi saya sering dibantu. Saya diberi tahu caranya," lanjutnya.
"Abah Wara menjadi guru yang tak terlupakan, dari sana saya terus belajar termasuk bertanya dan mencari ilmu dari yang lainnya, termasuk dari dokter Rafi Ghani jadi tempat konsultasi saya. Seperti saat salah satu pemain ototnya mengeras dan tidak membaik meskipun dipijat lebih dari satu jam. Saya segera membawa pemain itu ke dokter,” ungkapnya.
Bersama PERSIB, Iyang pun tak pernah membayangkan bisa berkeliling Indonesia bahkan ke luar negeri. Pengalaman yang jarang didapatkan oleh semua orang.
"Saya sampai nggak percaya, sampai tepuk-tepuk pipi selama di pesawat. Saya nggak percaya, ternyata tukang pijat seperti saya ini bisa juga keluar negeri," tutup Iyang. ***